Mitos “Sell in May and Go Away”: Masih Relevan Nggak, Sih?

 

Kalau kamu udah lumayan lama ngulik dunia saham, pasti pernah denger istilah:

“Sell in May and go away.”
Katanya sih, kalau kamu jual saham di bulan Mei dan balik lagi sekitar Oktober, kamu bisa dapat return lebih bagus. Tapi, benarkah begitu? Yuk kita kulik mitos ini sambil nyeruput kopi!


Asal Usul Mitos Ini

Mitos ini asalnya dari pasar saham AS, terutama indeks S&P 500 dan Dow Jones. Data historis memang menunjukkan return pasar antara Mei–Oktober biasanya lebih rendah dibanding November–April.

Kata orang Wall Street:

"Summer's slow, so go!"

Maklum, musim panas di sana identik dengan liburan panjang, volume transaksi menurun, dan investor cenderung wait and see.


๐Ÿ“ˆ Gimana di Bursa Indonesia?

Nah, kita geser ke Indonesia. Apakah IHSG juga ikut-ikutan “loyo” tiap bulan Mei sampai Oktober?
Jawabannya… nggak selalu!

Cek deh data historis IHSG 10 tahun terakhir (2014–2023):

TahunReturn IHSG Mei–Oktober
2014-0.8%
2015-10.2%
2016+11.2%
2017+5.7%
2018-6.5%
2019+2.2%
2020-6.2% (pandemi)
2021+6.1%
2022+3.4%
2023+1.6%

๐Ÿ“Š Hasilnya? Campur aduk! Kadang naik, kadang turun. Artinya, mitos ini nggak bisa dijadikan patokan saklek buat ambil keputusan.


๐Ÿ”Ž Apa Penyebab Fluktuasi di Bulan Mei?

Ada beberapa faktor musiman yang kadang bikin pasar agak “sepi” atau bergejolak:

  • Musim laporan keuangan Q1 selesai → investor menunggu katalis baru.

  • Dividen season udah lewat → banyak saham turun karena ex-date.

  • Data ekonomi dan suku bunga → biasanya muncul di pertengahan tahun.

  • Arus dana asing yang bisa berubah-ubah tergantung situasi global.


๐Ÿค” Masih Relevan Nggak di 2025 Ini?

Tahun 2025, kondisi makroekonomi Indonesia relatif stabil:

  • BI rate cenderung turun → good news buat saham.

  • Pemilu udah selesai → ketidakpastian mereda.

  • Harga komoditas mulai naik lagi → sektor energi dan tambang on fire.

Jadi kalau ada yang bilang “Sell in May” tahun ini, kita bisa jawab:

“Yakin, bro? Tahun ini banyak saham malah potensi rebound!”


Kesimpulan: Gimana Harusnya Kita Menyikapi?

  1. Mitos tetap mitos. Jangan langsung ikut tren tanpa analisis.

  2. Pantau sektor potensial. Misalnya: infrastruktur, komoditas, atau saham yang undervalued.

  3. Lihat data, bukan tanggal. Bulan Mei bukan sinyal jual, tapi momen evaluasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post