Nah, biar nggak ikut “tergoreng”, yuk kenali ciri-ciri saham gorengan berikut ini!
1. ๐ Harga Naik Gila-Gilaan dalam Waktu Singkat
Saham gorengan seringkali menunjukkan kenaikan harga tajam dan cepat. Hari ini naik 10%, besok 15%, lusa auto reject atas (ARA). Kelihatannya menggiurkan, tapi biasanya tanpa alasan fundamental yang jelas.
Contoh: Tidak ada berita positif atau laporan keuangan yang membaik, tapi harga bisa melesat ekstrem.
2. ๐ Turunnya Juga Bisa Sekejam Itu
Setelah digoreng dan banyak ritel masuk, harga bisa langsung anjlok tajam. Penurunan ini bisa terjadi dalam waktu sangat singkat, bahkan dalam hitungan menit atau jam. Mirip seperti balon meletus.
3. ๐ Volume Transaksi Meledak Tiba-Tiba
Volume saham gorengan bisa naik drastis tanpa sebab. Biasanya ini ulah "bandar" yang sengaja menciptakan euforia supaya banyak investor FOMO masuk.
Volume harian bisa melonjak berkali-kali lipat dari rata-rata normal.
4. ๐ฌ Tidak Ada Kabar Fundamental
Saham yang sehat biasanya naik karena kinerja perusahaan yang membaik, entah laba naik, ekspansi bisnis, atau akuisisi strategis. Tapi saham gorengan? Nihil berita penting. Bahkan laporan keuangannya kadang masih merugi.
5. ๐ง๐ค๐ง Dimainkan oleh Kelompok Tertentu
Biasanya ada “komplotan” (alias bandar) yang punya modal besar. Mereka mengatur strategi untuk menarik investor ritel masuk, lalu meninggalkan saham tersebut saat harga puncak—dan boom, harga ambruk.
6. ๐ก Sering Muncul di Top Gainer dan Top Loser
Saham gorengan itu seperti bintang sinetron—sering muncul di layar. Dalam sehari, bisa masuk daftar top gainer (saham paling naik), lalu besoknya masuk daftar top loser (saham paling turun).
7. ๐งพ Laporan Keuangannya Buram atau Tidak Menarik
Kalau kamu rajin baca laporan keuangan, saham gorengan biasanya punya fundamental yang buruk: pendapatan kecil, utang besar, atau malah merugi. Tapi entah kenapa, harga sahamnya malah melonjak.
8. ๐ Tidak Masuk Indeks Saham Unggulan
Saham gorengan jarang masuk LQ45, IDX30, atau indeks saham syariah. Biasanya berasal dari saham-saham lapis ketiga (third liner) yang kurang dikenal, atau dari perusahaan yang kurang likuid.
9. ๐ Tidak Ada Investor Institusi
Ciri lainnya, kamu jarang atau bahkan tidak menemukan investor besar (seperti reksa dana, asuransi, atau dana pensiun) yang masuk ke saham tersebut. Ini sinyal bahwa saham itu tidak menarik secara jangka panjang.
๐ฏ Kesimpulan: Waspadai, Tapi Jangan Parno
Saham gorengan memang bikin penasaran karena potensi cuannya bisa besar dalam waktu singkat. Tapi risikonya juga tidak main-main. Kalau kamu tidak punya strategi atau disiplin yang kuat, hindari dulu saham seperti ini.
Lebih baik fokus pada saham-saham yang punya fundamental kuat, bisnis yang sehat, dan pergerakan harga yang wajar. Karena dalam dunia investasi, yang paling penting adalah bertahan dan berkembang, bukan sekadar untung cepat.